Baolan, TABEnews.com.–
Sejumlah warga pertanyakan sikap Camat Tolitoli Utara, Ismail Djafar karena menolak menandatangani surat penyerahan.
Warga menyebut enggannya camat menandatangani surat penyerahan (SP) merupakan hambatan bagi investasi di desa ini.
Itu dia–camat–hambat investor. Ini kan sudah ada SKPT dan kami warga sudah bertransaksi dengan investor, jadi harus ada surat penyerahan yang harus di tanda tangani oleh camat.
Camat Tolitoli Utara, Ismail Djafar yang dikonfirmasi TABEnews.com via WhatsApp, Jumat ini mengaku belum melihat apa yang mau di tanda tangani itu.
SKPT yang mana ini, surat apa milik warga dimana? Saya belum. Melihatnya, ucap Camat.
Kalau soal yang di Desa Santigi,lokasi yang mana karena kalau tersentuh Mangrove itu tidak boleh. Itu wilayah kekuasaan KKP dan BKSD jadi saya tidak berani tandatangan, katanya.
Menanggapi soal ini, Moh Saleh Bantilan (Raja ke XVII Tolitoli), kepada media TABEnews.com, Jumat (30/9) sangat menyayangkan sikap camat Tolut.
Tidak boleh ada camat atau kelapa wilayah yang hambat Invetasi. Artinya investor harus diberi kemudahan dalam berinvestasi.
Kalau ada camat begitu, harusnya bupati ganti. Kalau saya dulu bupati, camat atau lurah hambat investor saya ganti, jelasnya.
Kasus di Desa Santigi, Itu kan sudah ada SKPT tinggal SP yang yang harus ditandatangani oleh camat, ujar mantan Bupati itu.
Saleh mengaku kesal dengan ulah camat yang kurang pro aktif dengan kehadiran investor di daerah ini.
Menurut nya, kepala wilayah seperti camat harus bersyukur kalau ada investor karena akan terbuka lapangan pekerjaan.
Lahan warga di desa Santigi kebetulan menjadi pengembangan tambak udang yang kantor ada di Lingadan, ujar Saleh Bantilan.
Saleh berharap kepada bupati Amran Yahya memberi perhatian terhadap camat yang kurang pro aktif dengan kehadiran investor di daerah ini. sy
