Sumbawa, Tebanews.com – Tepat tanggal 6 Mei 2023, hari itu adalah hari upacara wisuda dari salah satu perguruan tinggi di Sumbawa yang bernaung di Yayasan Dea Mas yang didirikan oleh Dr H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc (Gubernur NTB 2018-2023 dari Partai Keadilan Sejahtera), sekarang yayasan diketuai istrinya sendiri, Ibu Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah. Ialah kampus Universitas Teknologi Sumbawa, terdapat sejumlah mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa.
Unjuk rasa tersebut tergabung dari beberapa mahasiswa di Sumbawa yang menuntut agar hak mahasiswa di kembalikan, yakni hak atas beasiswa bidik misi yang di potong oleh kampus. Itu berita yang saya baca dari media online “Suara Rakyat NTB”.
Kebetulan juga hari itu, setelah upacara wisuda selesai, saya yang kebetulan juga wisudawan hari itu, mendapat selebaran dari salah seorang keluarga wisudawan yang sedang menunggu di halaman area hotel. Saya lihat ada banyak selebaran kertas dipegang banyak orang, lantas saya minta untuk saya baca. Dalam selebaran tertulis beberapa persoalan yang terjadi dalam kampus Universitas Teknologi Sumbawa. Salah satunya adalah tentang praktek yang diduga Pungutan Liar (PungLi) yang dilakukan oleh kampus Universitas Teknologi Sumbawa. Dugaan Pungli yang dimaksud adalah terjadi pemotongan beasiswa bidik misi.
Dalam berita dan selebaran yang saya baca, pemotongan ini terjadi sejak angkatan tahun 2016 hingga angkatan tahun 2019. Pemotongan bidik misi ini bernominal 600 ribu hingga 1,2 JT. Tertulis juga, bahwa pemotongan itu terjadi selama 8 kali alias 8 semester. Maka jika dikalkulasi angkanya cukup fantastis. Saya yakin mahasiswa penerima beasiswa bidik misi jumlahnya puluhan orang bahkan ratusan orang per-angkatan. Katanya
“Sehingga kalau di hitung kasar Jumlah total penerima sejak angkatan 2016-2019 dikalikan 1,2 JT dikalikan 8 semester, bisa capai milyaran. Ini berbahaya bagi masa depan pendidikan di daerah kita. Sebab erat kaitannya dengan moralitas suatu lembaga baik yayasan maupun perguruan tinggi. Juga produk dari lembaga itu sendiri yang kurang memberi perhatian tentang pendidikan”. Tandasnya
Menurut saya ini perlu jadi atensi semua pihak. Terutama para orang tua atau yang memiliki keluarga yang sedang berkuliah di Kampus Universitas Teknologi Sumbawa. Atau yang akan berkuliah di Universitas Teknologi Sumbawa. Kita perlu mengupas isu ini dengan beberapa pertanyaan misalnya. Apakah benar terjadi praktek pemotongan beasiswa Bidikmisi yang bersumber dari APBN ?, Apa alasan pemotongan tersebut ?, Apakah wajib atau sifatnya sumbangan ?, Dan kalau itu sumbangan apakah harus dipatok 1,2 JT ?, Apa dasar hukumnya potongan tersebut ?, Apakah tidak melanggar ketentuan atau peraturan kementerian pendidikan ? Artinya pengelolaan keuangan di suatu lembaga pendidikan yang bersumber dari APBN harus benar-benar transparan, sehingga penyelenggaraan pendidikan juga benar-benar berkualitas dan produk atau lulusannya berkualitas secara moral pula. Tegasnya
Untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat untuk menelisik dan mendiskusikan untuk mendapatkan kejelasan tentang pengelolaan bidik misi di kampus Universitas Teknologi Sumbawa. Baik orang tua atau wali mahasiswa, Organisasi Kepemudaan, Kepolisian, Legislatif dan Eksekutif di daerah, LSM, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, serta masyarakat Sumbawa pada umumnya.
Kedepannya pengelolaan lembaga pendidikan dapat kita awasi secara bersama-sama. Tutupnya
Redaksi