Siti warga Peteten I yang menggunakan jalan tol sebagai akses ke rumah
Bitung, TABEnews.com
Raut terkejut terlihat jelas di wajah Siti Asune saat mendapati sejumlah pria berdiri di jalan masuk ke rumahnya di Kelurahan Kakenturan I Lingkungan II RT 9 Kecamatan Maesa, Kamis (11/8/2022).
Ia baru pulang mengajar dan langsung memarkir sepeda motor matic berwarna merah di atas jembatan darurat yang disiapkan pihak jalan Tol Manado-Bitung sebagai penggati akses masuk ke rumahnya.
Dengan sigap, Siti yang sehari-hari mengajar di SMA Muhammadiyah Kota Bitung ini mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi seseorang menggunakan aplikasi video call setelah memarkir tunggangannya.
Ia pun mencerca sejumlah pertanyaan penuh curiga disaksikan pria berseragam dan berbaret dari balik layar video call. Sesekali, perempuan berhijab mengarahkan camera ke wajah pria yang baru ia temui sambil bertanya tujuan berdiri di akses ke rumahnya.
“Kami dari Wartawan media online. Ingin meliput karena informasinya, ibu satu-satunya warga yang mendapat “ijin khusus” masuk jalan tol menggunakan sepeda motor,” kata salah satu Wartawan.
Mendengar penjelasan itu, raut ketegangan Situ berkurang. Ia pun lebih terlihat santai dan bersahabat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Wartawan.
“Pokoknya semenjak pembangunan tol melewati Kelurahan Kakenturan I Lingkungan II RT 9, kami kehilangan akses masuk rumah dan terisolir,” katanya.
Tidak hanya rumah miliknya, ada sekitar dua hingga tiga rumah juga terisolir tak ada akses akibat pembangunan jalan tol.
“Kalau rumah lain, masih ada akses alternatif. Tapi, rumah saya memang tidak ada selain jalan tol, karena di belakang rumah bukit dan depan jalan tol,” katanya.
Dengan kondisi itu, Siti mengaku sudah dari awal mengajukan permohonan agar rumahnya ikut dibebaskan oleh pihak tol. Namun, pihak tol menyatakan bidang tanah yang ditinggali tidak masuk dalam area pembebasan.
Permohonan itu, lanjut Siti, diajukan dua tahun sebelumnya semenjak akses yang setiap hari digunakan bersama beberapa tetangganya terkena proyek pembangunan tol.
“Bukan masalah harga sampai kami kehilakangn akses masuk rumah, tapi alasannya rumah saya tidak kena dalam rencana pembebasan. Kami sudah berapa kali melapor ke pihak tol hingga PPK pembebasan lahan, tapi jawabannya diminta untuk bersabar,” katanya.
Rawan Lakalantas
Rumah Siti sendiri tepat berada di KM 38 800 Tol Manado-Bitung atau tepatnya berada di pintu keluar Pelabuhan Petikemas Kota Bitung. Dan akses tol ini setiap hari digunakan Siti bersama keluarga jika hendak berpergian dan pulang ke rumah.
“Dulunya sempat dilarang, tapi setelah pihak tol melihat akses rumah yang hilang akibat jalan tol baru diijinkan. Katanya, boleh asalkan tidak melawan arus,” katanya.
Akibatnya, disaat hendak pulang ke rumah, Siti harus memutar hingga ke pintu masuk tol kemudian berbalik mengikuti jalur keluar hingga ke KM 38 800.
“Terus terang sangat tidak nyaman. Karena mobil yang masuk tol selalu kecepatan tinggi, apalagi di lokasi putar balik, di situ saya sangat takut saat menyeberang,” katanya.
Dirinya mengaku, setiap hari menggunakan sepeda motor di jalan tol, nyawa adalah taruhannya. Dan ia mengaku pernah terserempet mobil.
“Kami hanya minta agar proses pembebasan dilakukan secepatnya, karena setiap hari sangat rawan mengalami lakalantas. Semoga pihak tol dan pemerintah segera merealisasikan pembebasan atau menyiapkan akses yang lebih aman,” katanya.RM