Uncategorized

Bupati Tolitoli Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila: Simbol Persatuan di Tengah Dinamika Bangsa

101
×

Bupati Tolitoli Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila: Simbol Persatuan di Tengah Dinamika Bangsa

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TOLITOLI — Di bawah langit pagi yang cerah di halaman Kantor Bupati Tolitoli, ratusan Aparatur Sipil Negara, pejabat daerah, hingga unsur Forkopimda berdiri tegak, Rabu (1/10). Mereka hadir untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila 2025, sebuah momentum yang setiap tahun menjadi pengingat akan kekuatan ideologi pemersatu bangsa.

Upacara dimulai pukul 09.00 WITA dengan suasana yang penuh khidmat. Bupati Tolitoli tampil sebagai pembina upacara, menegaskan kembali peran pemerintah daerah dalam menjaga nilai-nilai Pancasila agar tetap hidup di tengah masyarakat yang kian kompleks. Tema peringatan kali ini, “Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya,” terasa relevan di tengah tantangan kebangsaan yang terus berubah.

“Pancasila bukan hanya teks dalam buku pelajaran atau slogan di dinding kantor. Ia adalah kompas moral kita,” ujar Bupati dalam sambutannya, seraya menekankan pentingnya menghidupi nilai persatuan dan keadilan sosial di tingkat lokal.

Di sela upacara, perhatian peserta terpusat pada dua pembacaan penting. Kepala Dinas Pendidikan, Usman Taba, SE, MM, MH, lantang membacakan Pembukaan UUD 1945, sementara Ketua DPRD Kabupaten Tolitoli, Ny. Hj. Sriyanti Dg. Parebba, dengan suara bergetar membaca Naskah Ikrar Hari Kesaktian Pancasila. Kedua momen ini menghadirkan keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara burung dan kibaran bendera.

Hari Kesaktian Pancasila, yang dirayakan setiap 1 Oktober, memiliki akar sejarah yang dalam. Ia lahir dari tragedi nasional tahun 1965, tetapi dalam konteks kekinian, maknanya bergeser menjadi refleksi atas konsistensi bangsa dalam menghadapi perpecahan. Di Tolitoli, upacara ini seolah menjadi titik temu antara sejarah kelam dan optimisme masa depan.

Kehadiran para pejabat eselon II, III, dan IV, bersama seluruh ASN, menambah kesan bahwa peringatan ini lebih dari sekadar ritual formal. Ia menjadi ruang simbolik di mana pemerintah daerah dan masyarakat bersatu dalam satu ikrar: mempertahankan Pancasila sebagai fondasi kehidupan berbangsa.

Tak hanya itu, peringatan ini juga memancarkan pesan yang lebih luas: bahwa nilai-nilai Pancasila harus terus diturunkan hingga ke generasi muda. “Kami ingin anak-anak sekolah memahami bahwa Pancasila bukan sekadar hafalan lima sila, melainkan panduan hidup yang nyata,” kata seorang pejabat pendidikan yang hadir.

Bagi Tolitoli, sebuah kabupaten pesisir di Sulawesi Tengah yang sedang berbenah menuju visi “Maju, Sejahtera, dan Berkelanjutan,” Pancasila menjadi jembatan antara tradisi lokal dan arah pembangunan modern. Upacara ini pun mencerminkan tekad itu: memadukan nilai kebangsaan dengan semangat daerah.

Seiring berakhirnya upacara, para peserta tetap berdiri dengan wajah serius, seolah menyadari bahwa menjaga Pancasila berarti menjaga rumah bersama yang bernama Indonesia. Bendera merah putih diturunkan dengan penuh kehormatan, menutup rangkaian acara dengan rasa kebanggaan yang mendalam.

Dan ketika para hadirin beranjak meninggalkan lapangan, gema pesan peringatan itu masih terasa: di tengah arus globalisasi, perbedaan politik, hingga derasnya informasi digital, Pancasila tetap menjadi jangkar. Sebuah jangkar yang memastikan Indonesia tetap utuh, dari Tolitoli hingga Sabang, dari Merauke hingga Miangas.

Example 468x60
banner 325x300
Example 120x600