Di bawah sorotan lampu Jumat malam di Lapangan Hijau, Desa Sandana, atmosfer sepak bola lokal begitu terasa ketika Nalu Putra FC berhasil menundukkan Empang Alam Binontoan dengan skor tipis 2-1. Pertandingan ini menjadi salah satu laga paling ditunggu di kawasan tersebut, diwarnai dengan intensitas tinggi sejak menit pertama.
Sejak peluit awal ditiup wasit Nofrisal, Nalu Putra FC tampil agresif. Tekanan yang mereka bangun segera membuahkan hasil. Sebuah tendangan sudut dieksekusi dengan presisi, bola melayang ke jantung pertahanan lawan, dan disambut dengan sundulan keras oleh Nugrah, bek tengah bernomor punggung 15. Bola menghujam gawang dan membuat pendukung Nalu Putra bergemuruh.
Momentum itu tak mereka sia-siakan. Serangan demi serangan terus digulirkan, memaksa barisan belakang Empang Alam Binontoan bekerja ekstra keras. Pada menit-menit berikutnya, kembali melalui skema bola mati, Roma — atau yang akrab disapa Tamaki — dengan nomor punggung 77 menambah keunggulan lewat sundulan kepala yang tak mampu dijangkau penjaga gawang. Babak pertama pun ditutup dengan keunggulan 2-0 bagi Nalu Putra.
Memasuki babak kedua, Empang Alam Binontoan mencoba bangkit. Tekanan mereka meningkat dengan variasi serangan sayap dan bola mati. Usaha itu akhirnya membuahkan hasil ketika Jubadrih, gelandang bernomor punggung 78, mengeksekusi tendangan sudut yang langsung berbuah gol. Bola yang meluncur deras gagal diantisipasi kiper Nalu Putra, Sayahrul, sehingga skor berubah menjadi 2-1.
Gol tersebut membangkitkan semangat Empang Alam Binontoan, yang terus berupaya menekan hingga menit-menit akhir. Namun, disiplin pertahanan Nalu Putra FC serta kepiawaian lini tengah mereka menjaga ritme membuat keunggulan tetap terjaga. Wasit akhirnya meniup peluit panjang, memastikan kemenangan tipis Nalu Putra.
Bagi Nalu Putra FC, hasil ini menegaskan status mereka sebagai tim yang sulit dikalahkan di kandang sendiri. Skema bola mati yang efektif kembali menjadi senjata utama, menunjukkan efisiensi permainan meski penguasaan bola tak sepenuhnya mereka kuasai.
Sementara itu, meski pulang tanpa poin, Empang Alam Binontoan patut diapresiasi atas daya juang di babak kedua. Gol Jubadrih memberi sinyal bahwa tim ini memiliki potensi untuk bangkit di laga-laga mendatang. Pertandingan ini bukan hanya soal skor akhir, melainkan juga cerminan semangat sepak bola akar rumput yang hidup di pelosok daerah.
reporter: fajrin