Tolitoli, Sulawesi Tengah — Sebuah momentum langka dan sarat makna sosial terjadi di Kabupaten Tolitoli, Kamis (9/10/2025). Aula Hotel Bumi Harapan menjadi saksi ketika 25 warga lanjut usia mengenakan toga wisuda — bukan karena gelar akademik, melainkan karena tekad mereka untuk terus belajar dan berdaya. Dalam waktu yang sama, dua organisasi penting, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dan Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPKB), resmi dikukuhkan.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kabupaten Tolitoli ini bukan sekadar seremoni, melainkan pesan moral: bahwa pembangunan manusia tidak berhenti di usia muda. Bupati Tolitoli, yang hadir langsung dalam acara tersebut, menyebut kegiatan ini sebagai “langkah perdana yang penuh inspirasi dalam membangun keluarga tangguh di era modern.”
Dalam sambutannya, Bupati menekankan bahwa keluarga merupakan pondasi utama pembangunan daerah. “Keteladanan seorang ayah, peran penyuluh keluarga berencana, dan semangat belajar para lansia — tiga hal ini adalah cerminan nyata dari masyarakat yang berdaya,” ujarnya, disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Prosesi pengukuhan berjalan khidmat. Satu per satu, pengurus GATI dan IPKB menerima surat keputusan, disaksikan oleh puluhan tamu undangan dari berbagai instansi dan komunitas masyarakat. Sementara itu, di sisi lain ruangan, para lansia dari Desa Kamalu, Kecamatan Ogodeide, tampak bangga mengenakan selempang wisuda — simbol keberhasilan mereka menuntaskan program Sekolah Lansia Bina Keluarga Lansia (BKL) Kuonoto.
Program sekolah lansia ini tak sekadar mengajarkan teori. Para peserta belajar tentang kesehatan, kebugaran, seni, kuliner, dan keterampilan hidup produktif. Salah seorang wisudawan, seorang mantan petani berusia 68 tahun, mengaku tak menyangka bisa “lulus” di usia senja. “Sekarang saya lebih sehat dan lebih semangat hidup. Kami juga belajar menari dan memasak makanan bergizi,” tuturnya dengan senyum bangga.
Bupati menegaskan, inisiatif seperti ini harus menjadi budaya baru di tengah masyarakat. “Kita tidak sedang sekadar membina lansia, tapi membangun peradaban yang menghormati pengetahuan lintas generasi,” ujarnya. Menurutnya, kolaborasi lintas usia dan lintas profesi seperti yang dilakukan DP2KB adalah model pembangunan sosial yang layak ditiru daerah lain.
Kegiatan perdana di Kecamatan Baolan itu akhirnya ditutup dengan suasana hangat — bukan hanya karena tepuk tangan, tetapi karena rasa haru dan kebersamaan yang nyata. Di tengah dunia yang kian menua dan berubah cepat, Tolitoli hari itu menunjukkan bahwa kemajuan sejati dimulai dari ruang-ruang kecil yang menghargai manusia, apa pun usianya.