Palu, Tabenews.com – Saya dan beliau terpaut jauh dari segi umur. Kalau saya 42 tahun, mungkin beliau saat ini 55 tahun. Beliau profesor, saya hanyalah seorang master S2. Beliau seorang tokoh sedangkan saya hanyalah kru pendukung acara, ndak masuk hitungan.
Tapi satu persamaan kami, kami amat mencintai almamater Universitas Tadulako. Ya, beliau seorang insinyur sama dengan saya. Beliau kakak letting saya di kampus. Saya Teknik Sipil angkatan ’98, sedangkan beliau Teknik Arsitektur ’86,”Kata Alamsyah.
Karena cinta itulah lalu kemudian kami sering bertukar pikiran tentang Tadulako, nama yang disematkan kepada kampus tercinta kami.
Gagasan dan ide- ide beliau serta kemampuan membangun jaringan dan komunikasi adalah kekuatan yang beliau miliki demi kemajuan Tadulako kita, itu kesimpulan saya,”Urai Alamsyah
Sebagai sebuah contoh, kami mendiskusikan solusi paling mudah, cepat dan murah untuk membangun kampus digital di Untad. Serangkaian masalah dan hambatan dibeberkan, beberapa opsi mengemuka lalu beliau menawarkan satu opsi yang brilian (tentu saya tidak akan urai di sini – terlalu panjang).
Itulah inovasi. Gabungan antara pemahaman yang luas dan mendalam akan permasalahan, pengalaman yang cukup, kemampuan yang mumpuni serta kecerdasan dan kekayaan ide yang dimiliki.
Saya pernah berkelakar, ingat bahwa republik ini dimerdekakan oleh seorang insinyur, Insinyur Soekarno. Bukankah dari situ kita dapat mengambil pelajaran bahwa seorang insinyur memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengurai permasalahan bangsa yang begitu rumit dan bahkan tidak selesai setelah penjajahan 350 tahun lamanya?
Perspektif saya mungkin saja tidak tepat, namanya juga kelakar. Tapi saya meyakini beliau adalah solusi masa depan Universitas Tadulako untuk bisa bersaing di lingkungan yang semakin dinamis ini.
Kemenangan beliau dalam pemilihan rektor Universitas Tadulako baru – baru ini menunjukkan harapan besar civitas akademika Universitas Tadulako akan kepemimpinan beliau.
Prof Amar adalah Solusi Masa Depan Universitas Tadulako.
Alamsyah
Jika saya punya hak suara untuk mendukung beliau maka 2 suara saya akan saya berikan untuknya. 1 suara berasal dari diri saya, sedangkan yang 1 lagi saya ambil dari bayangan saya.
(Penulis adalah Dosen Fakultas Teknik Untad/ Mantan Ketua PW Ansor Sulteng)