Example floating
Example floating
Example 728x250
facebook

NENEK HARUSJADI PEMULUNG, DEMI PENDIDIKAN CUCU (berita medsos Facebook)

89
×

NENEK HARUSJADI PEMULUNG, DEMI PENDIDIKAN CUCU (berita medsos Facebook)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60


Oleh Hasanuddin Atjo

Kesadaran akan pendidikan terus menjadi perhatian segenap warga mulai orang tua, bahkan nenek dan kakekpun tidak mau ketinggalan, meskipun kondisi ekonomi mereka jauh dari harapan untuk tujuan itu.

Satu bentuk komitmen yang patut diapresiasi, ditumbuhkembangkan. Mengibgat bahwa salah satu soal dalam meningkatkan daya saing adalah ketersediaan sumberdaya manusia bagi negeri berpenduduk sekitar 275 juta jiwa ini.

Sabtu, tanggal 20 Agustus tahun 2022, lebih pagi tiba di Taman GOR Kota Palu, Sulawesi Tengah untuk berolahraga rutin, bermain tennis lapangan dengan sejumlah kolega yang berada dalam satu kelompok umur.

Saat itu baru ada satu, dua pemain yang datang. Dan lainnya ada tiga orang yang sedang membersihkan lapangan dan halaman yang cukup luas . Ada enam lapangan tennis yang harus dibersihkan setiap hari karena padatnya penggunaan oleh para penggemar olahraga ini.

Di sudut halaman terlihat seorang wanita tua sedang memilah dos, plastik bekas di antara tumpukan sampah, kemudian ditampung di gerobak tua yang terlihat hampir cikar dan pertanda tidak lama lagi akan balik ke rumah untuk dikemas

Saya menghampirinya, dan wanita
tua tadi bernama Sumarni, berasal dari Jawa Timur. Dia ke Palu pada tahun 1972, dikarenakan kampung halamannya di terjang banjir yang menyebabkan rumah, keluarganya ada yang hilang terbawa banjir.

Sekitar tahun 1985, gadis Sumarni berjodoh dengan lelaki Palu yang berprofesi sebagai kuli bangunan . Dan dari suaminya, dikarunia lima orang anak, sayang satu diantara anak Sumarni telah dipanggil oleh Sang Khalik, Pemilik semesta alam.

Sumarni bersama keluarga telah lama tinggal di Bantaran Sungai Palu, Kelurahan Besusu, Kec. Palu Timur, Kota Palu. Sejak beberapa tahun yang lalu, suami Sumarni tidak mampu lagi bekerja seperti sebelumnya karena sakit-saluran dan faktor usia.

Tiga anaknya telah berkeluarga dan tinggal di luar kota Palu. Kini Sumarni hidup bersama suami dan satu orang cucu perempuan yang orang tuanya berada di Kalimantan mengadu nasib sejak beberapa tahun silam.

Karenanya, tanggung jawab rumah tangga diambil alih Sumarni, dan bekerja menjadi pemulung barang barang bekas. Dengan tekad, dan semangat serta gerobak tua, tak terasa pekerjaan ini telah digeluti oleh Sumarni sekitar 10 tahun. 

Setiap pagi Sumarni berkeliling di sekitar kecamatan Palu Timur dan Selatan Kota Palu dengan jadwal pagi setelah subuh hingga pukul 11 siang dan sore pukul 14.00 hingga pukul 17.00.  Kadangkala Sumarni lebih awal pulang kalau mendapat berang bekas lebih cepat. 

Sengaja jadwal dibuat seperti ini, karena harus kembali lagi ke rumah untuk mengurus suami dan cucu yang masih sekolah di pendidikan menengah dan sang cucu memiliki keinginan yang kuat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kata sang nenek dengan raut muka ceriah karena bangga. 

Dari pekerjaan ini, Sumarni dalam satu minggu mampu memperoleh pendapatan antara 200 – 250 ribu rupiah. Dan kadangkala memdapat  tambahan pendapatan pemberian orang berhati mulia dan termasuk di Jumat berkah kata Sumarni. Ya kalau dirata ratakan bisa antara 1,2  hingga 1,5 juta per bulan. 

Pendapatan Sumarni masih berada  dibawah  garis kemiskinan kota Palu yaitu hampir 600 ribu rupiah per bulan/kapita dan dibawah UMR sekitar 2,85 juta rupiah per bulan. Dan kondisi ini,  menjadi salah satu gambaran terkait kondisi kelompok warga kota Palu yang berpenduduk sekitar 275 ribu jiwa. 

Diakhir dialog, saya menanyakan suka dan duka sebagai pemulung. Dengan tersenyum lepas Sumarni mengatakan ketika di razia  oleh petugas ketertiban Kota, gerobak saya harus ditahan,  dan terpaksa selama beberapa hari tidak bisa mencari nafkah  imbuhnya dengan raut muka sedih. 

Kalau sudah seperti ini, ketua RT dan RW diminta tolong memberi jaminan bahwa Sumarni adalah warganya kategori miskin, bekerja sebagai  pemulung. Untuk  hal ini tidak mengeluarkan apa apa kata Sumarni, sambil mohon diri untuk berkeliling lagi.  

Setidaknya ada tiga hal yang bisa ditarik hikma dari cerita pendek ini. Pertama, meskipun sudah berusia lanjut, sang nenek memiliki sebuah komitmen tinggi bagi kemajuan pendidikan  sang cucu. Selain itu terkesan dia juga paham bahwa keluar dari perangkap kemiskinan struktural, pendidikan merupakan harga yang tidak bisa ditawar. 

Kedua, mungkin ada baiknya dan sudah saatya bahwa Pemulung di kota Palu dikoordinir, dibina serta diberdayakan. Karena itu harus di bentuk kelompok  pemulung setiap kelurahan dan pada akhirnya bisa  menjadi sebuah profesi, kemudian melahirkan asosiasi pemulung Kec. dan kota Palu. 

Keinginan kota Palu meraih piala Adipura yang terkait kebersihan, Keindahan dan kenyamanan tentu perlu didukung segenap warganya. Keberadaan  kelompok pemulung yang telah terdata dan dibina serta diberdayakan. bisa menjadi salah satu mitra kerja bagi tujuan itu. 

Terakhir bahwa penanganan atau tatakelola sampah sudah saatnya diberi peran lebih ke kelurahan dan kecamatan. Karena itu desain dan rencana aksi tatakelola itu menjadi  strategis karena merupakan  salah satu kunci keberhasilan. 

Salah satu variabel penting dari desain itu, keterlibatan kelompok pemulung bagi  tujuan itu sangat penting. Dan diarahkan kepada unsur manfaat yang berorientasi bisnis mulai pemisahan sampah non organik, organik, selanjutnya dijual untuk daur ulang atau diolah menjadi pupuk kompos atau pupuk cair. 

Dengan pendekatan seperti itu bisa memberi keyakinan  bahwa tujuan terciptanya kebersihan,  ketertiban, maupun kenyamanan  daoat diraih termasuk piala adipura. SEMOGA
Example 120x600