Gorontalo Tabenews.com – Merujuk pada data BPS pusat, Generasi Z adalah generasi dengan proporsi penduduk terbanyak berdasarkan sensus penduduk 2020, yaitu 27,94% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2021). Mereka yang termasuk dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di rentang tahun 1997-2012 atau usia 10-25 tahun (BPS, 2021).
Dari informasi di atas, saya begitu bangga dari 27,94% sejumlah penduduk yang di sebutkan BPS, di rentan tahun 1997-2012 saya adalah salah satu generasi Z yang di sebutkan dalam data BPS tersebut.
Namun dibalik kebanggan itu, Ada beberapa hal yang harus kita semua sadari sebagai generasi z dengan mendesaknya penerapan teknologi ini, tentu teknologi yang semakin baru dan membutuhkan banyak perubahan, juga bisa membawa kita akan kehilangan eksistensi. sebelum masuk dalam apa yang perlu kita sadari diantaranya soal eksistensi generasi z saat ini, tentu kita perlu pahami dulu generasi Z itu seperti apa?
Generasi Z?
Generasi Z merupakan generasi penerus setelah milenial. Menurut Pew Research Center, generasi z didefinisikan sebagai mereka yang lahir setelah tahun 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial. Generasi z lahir di era kemajuan teknologi yang pesat dan perangkat digital yang ada di mana-mana. Tak heran, generasi ini melek teknologi informasi. Mereka dapat dengan cepat mempelajari dan menguasai penggunaan perangkat digital seperti laptop, smartphone, dan tablet. Anak-anak Gen z lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengakses perangkat digital, menjelajahi dunia maya, berkomunikasi dan berinteraksi di media sosial dibandingkan dengan tatap muka di kehidupan nyata. Sisi negatifnya, Gen z tampak antisosial dan tidak memiliki keterampilan komunikasi publik.
Di era yang semakin canggih ini di sebut dengan era society sebagai resolusi industri 4.0, dimana di era ini generasi z tentu di butuhkan dalam peran literasi di gital untuk bangaimana menunjukan eksistensinya sebagai generasi yang lahir di tengah-tengah perkembangan teknologi.
Di banyak analisis, para ahli menyatakan bahwa Genenerasi Z memiliki sifat dan karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini dilabeli sebagai generasi yang minim batasan. Sebagaimana Menurut Muchlas Samani bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya pada Gen z ini di cirikan dengan karakter yang di bentuk dengan terbiasanya hidup mereka dengan internet semisal fasih teknologi, social, multitasking. Tanpa ada batasan-batasan untuk mengunakanya. Sehingga generasi ini dalam keseharianya kalau kita perhatikan realita yang ada dari umur di bawa 10 tahun sudah terbiasa dan tumbuh bersama barang kecil, sebut saja gadget, hal itu kemudian menjadi salah satu alasan terbentuknya karakter Gen z, sehingga dengan fakta itu gadget sudah menjadi seperti pasangan hidup bagi kehidupan Gen z, yang tanpa pasangan pasti sepi.
Gen Z Hilang Eksistensi?
Generasi z saat ini adalah generasi yang merupakan satu entitas dengan teknologi yang tak mudah di pisahkan. Generasi yang hari ini hidupnya telah di hibahkan semua di dalam barang kecil itu, Gadget. Tanpa gadget hari ini manusia tidak bisa berfikir secara bijak, karena semua eksistensi pikiran hari ini manusia telah hibahkan pada gadget yang telah menjadi saudara atau teman hidup . Hal itu kemudian menurut hemat saya secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa kretifitas kita sebagaimana Manusia Bijak dalam buku sapiens; Riwayat Singkat Manusia oleh Yuval Noah Harari, telah di hegemoni oleh gadget yang sulit hari ini manusia kendalikan. Namun di sisi lain gadget banyak menolong banyak manusia juga, selain bisa menhadirkan pesanan, makanan, barang, Dll dengan hanya mengklik. Gadget juga meberi ruang betapa sepinya para jompo dan jomblo yang tanpa chatingan di whatsaap, facebook Instagram. sehingga mereka ikut sertakan kesepian itu lewat chatingan dengan fitur-fitur yang di tampilkan, dengan animo untuk menghibur.
Olehnya eksistensi Gen z sebagai manusia bijak hari ini lambat laun telah di hegemoni, tidak semua orang, tapi kebanyakan orang hari ini mencedrai kalimat Homo Sapiens yang artinya Manusia Bijak, hal itu bisa kita lihat sekarang ini, dimana semua aktivitas kita ada pada gadget yang sering kita bawa di manapun kita berada, gadget yang di barengi dengan kuota internet berlimpah menjadi tempat eksistensi Gen z.
“Bahwa gadget telah menjadi eksistensi kapasitas pikiran kita. Gadget bukan hanya menyimpan nomor kontak dan foto-foto indah pasangan atau selingkuhan kita, juga data tubuh kita,yaitu; frekuensi detak jantung,kalkulasi kalori,durasi tidur,jumlah langkah, juga data pikiran; seperti rencana kerja, isi pikiran, opini,kecenderungan percakapaan intim, ‘bisa jadi’.
Dengan berbagai realita, lihat saja pada ruang lingkup terdekat kita, orang-orang makin aneh saja, mudah di lukai oleh kata-kata yang di tampilkan oleh fitur-fitur gadget, misalnya tiktok, ahirnya lambat laun karakter mereka di bentuk oleh gadget yang ketika mengonsumsi hal sedih ikut bersedih, mengonsumsi hal senang ikut senang dengan me’ejawantahkan kalimat-kalimat di stori whatsaap sesuai apa yang mereka konsumsi, ah, sial beneran.
Ya, Benar benar sial, hari ini gadget bisa saja dapat memodifikasi warga baik baik lewat media sosial, menjadi kaum bumi datar (rebahan), kadrun, bodoh amat dengan lingkungan sekitar, juga membolak balikaan emosi ‘yang bahagia bisa jadi sedih, yang sedih bisa jadi bahagia’ semudah itu media sosial membolak balikan rasa, sial memang. ”Selamat menikmati era setiap pemakai gadget dalam guanya masing-masing dan meyakini kebenaranya masing-masing”
Dalam tulisan ini saya tidak dalam rangka mengkritik Generasi z, namun ada hal-hal urgent yang perlu kita sadari. Mulai dari bagaimana seharusnya kita sebagai manusia bijak, yang jangan sampai semuanya tentang hidup kita hibahkan pada gadget, karena di era digital ini, menurut Budi Hardiman, bukan saja manusia berinteraksi dengan manusia, melainkan manusia berinteraksi dengan mesin, sehingga perilaku dan emosi manusia di arahkan dan di ubah oleh semburan pesan-pesan dan konten-konten yang di reproduksi oleh mesin.
Olehnya hari ini, Generasi z relevan dengan Kata budi Hardiman sudah bukan lagi suatu “menurut saya” sebagaimana ada sejak descrates, melainkan suatu ”saya menelusuri”. Ia berfikir lewat internet. Homo sapiens menjadi Homo Digitus, manusia bijak menjadi manusia jari, Budi Hardiman dalam buku, aku klik maka akua ada.
Terakhir, Teruslah beradaptasi dengan perkembangan zaman; Bijak memanfaatkan teknologi, selalu ada inovasi dengan mengandalkan teknologi yang ada, tidak dalam menghibahkan seluruh hidupmu di zaman yang begitu canggih. Sebab hanya ikan mati yang terbawa arus.
Redaksi : Opini